Beberapa Fakta Tahu dan Tempe dari Sisi Ekonomi
FAKTA.COM, Jakarta - Masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi tahu dan tempe. Fakta ini tertuang dalam data Badan Pusat Statistik (BPS) yang disajikan kembali oleh Kementerian Perindustrian.
Dalam keterangan tertulis, Rabu (27/9/2023), Kementerian Perindustrian atau Kemenperin memaparkan, rata-rata konsumsi tahu per kapita per tahun mencapai 7,7 kg. Sementara tempe 7,3 kg.
"Ini menunjukkan masyarakat Indonesia gemar mengonsumsi tahu dan tempe," ujar Direktur Jenderal IKMA Kemenperin, Reni Yanita.
Mengenal Securities Crowdfunding sebagai Alternatif Pembiayaan UKM dan InvestasiSelain itu, Reni juga mengungkapkan fakta bahwa sekitar 90% kacang kedelai diolah menjadi produk tahu dan tempe. "Sisanya menjadi produk kecap, tauco, dan lainnya," kata dia.
Dari situ, Reni melihat bagaimana gambaran besar nilai ekonomi dari para industri produsen tahu dan tempe. Hal ini, lanjut Reni, karena cara pengolahan tahu dan tempe lebih mudah, serta mesin dan peralatannya sederhana.
Oleh karena itu, tahu dan tempe banyak diproduksi di seluruh pelosok tanah air. "Namun tetap dominan di Pulau Jawa. Dengan jumlah terbanyak di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Jawa Timur," ucapnya.
Resni juga bilang, sebagian besar pelaku industri tahu dan tempe merupakan skala kecil.
Larang Social Commerce Jualan, Pemerintah Ingin Lindungi UMKMMeski begitu, Reni menilai para produsen tahu dan tempe perlu meningkatkan kualitas. Termasuk, memperhatikan kebersihan dan higienitas dalam proses produksi agar memenuhi standar internasional dan diterima masyarakat dunia.
Namun Reni mengungkapkan fakta lainnya. Adalah tantangan dari sisi ketersediaan bahan baku, adopsi teknologi yang masih rendah, kurangnya penerapan standarisasi dan keamanan pangan, serta potensi pencemaran lingkungan dari limbah industri.
Komentar (0)
Login to comment on this news