Meski Ekspansif, Sektor Manufaktur Melandai dalam 2 Bulan
FAKTA.COM, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) memberikan tanggapan terbaru perihal kinerja sektor manufaktur Indonesia yang tengah dihadapkan pada penguatan dinamika eksternal.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Febrio Kacaribu mengatakan bahwa aktivitas sektor produktif nasional masih konsisten di jalur ekspansif. Hal itu tercermin dari Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia di periode Oktober berada pada level 51,5.
“Capaian tersebut menandakan ekspansi manufaktur Indonesia telah terjadi selama 26 bulan terakhir secara berturut-turut. Ekspansi manufaktur terutama ditopang oleh tingkat permintaan dan output produksi yang masih meningkat,” ujarnya seperti yang dilansir laman resmi, Selasa (2/11/2023).
Febrio menjelaskan, meski tetap ekspansif namun ada sinyal pelandaian dalam dua bulan terakhir seiring dengan melambatnya pertumbuhan global.
Menurut dia, dampak dari slowing down ekonomi dunia juga terlihat dari kinerja manufaktur beberapa negara yang berada di zona kontraksi, seperti Tiongkok (49,5), Thailand (47,5), Vietnam (49,6), Malaysia (46,8), Australia (48,2), dan zona Eropa (43).
“Di sisi lain, India sebagai salah satu perekonomian pada kelompok emerging economies (EMs) dan pasar potensial ekspor Indonesia masih di zona ekspansif (55,5),” tuturnya.
Terdampak Pelemahan Rupiah, Manufaktur 'Tercekik' Biaya ProduksiFebrio optimistis kinerja manufaktur Indonesia yang masih ekspansif menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia di tengah berkontraksinya manufaktur di banyak negara seiring dengan peningkatan risiko global.
“Meskipun sedikit melambat, sentimen dalam sektor manufaktur Indonesia secara keseluruhan masih positif. Capaian ini akan terus kami jaga melalui berbagai dukungan kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dan mengantisipasi risiko global,” tutup dia.
Komentar (0)
Login to comment on this news