Anti Rungkad, Pengusaha Ini Happy saat Rupiah Melemah

Oleh Andry Winanto - fakta.com
27 Oktober 2023 17:32 WIB
Ilustrasi ekspor. (Dokumen Kemenkeu)

FAKTA.COM, Jakarta - Tekanan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih belum berakhir. Hal itu direspon Bank Indonesia (BI) dengan menaikan suku bunga acuan 25 basis point (bps) dari 5,75% menjadi 6,00%.

“Langkah ini ditempuh untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari ketidakpastian global,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo pekan lalu.

Meski demikian, tekanan terhadap nilai tukar tak melulu berkonotasi negatif terhadap ekonomi. Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara mengatakan bahwa terdapat sejumlah kelompok pengusaha yang menikmati ‘penderitaan’ rupiah saat ini.

“Salah satu pihak yang mendapat manfaat ketika terjadi depresiasi adalah para eksportir,” ujarnya menjawab pertanyaan wartawan di Jakarta, dikutip Jumat (27/10/2023).

Jika Rupiah Tembus Rp16.000, Bunga Acuan Bakal Naik Lagi

Suahasil menjelaskan, saat pengusahan melakukan kegiatan perdagangan ke luar negeri maka mata uang yang diterima dalam bentuk valuta asing. Ini yang kemudian membuat pendapatan para eksportir akan lebih besar jika dikonversi ke mata uang lokal.

“Maka mereka terima rupiahnya menjadi lebih banyak. Apalagi kalau semua barang-barang produksinya itu ada di dalam negeri dan diproduksi disini, maka penerimaannya bisa lebih baik lagi,” tuturnya.

Fakta mencatat, secara year to date (ytd) rupiah telah terdepresiasi sekitar 0,7% mendekati level psikologis Rp16.000. Hal itu tercermin dari rekapitulasi kurs JISDOR 26 Oktober 2023 yang bertengger di angka Rp15.933 per dolar AS.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati pun sempat menyebut jika tekanan terhadap rupiah relatif lebih terjaga dibandingkan dengan beberapa negara acuan, seperti peso Filipina yang terdepresiasi minus 2%, bath Thailand minus 5,5%, yuan China minus 6%, hingga yen jepang yang terdepresiasi hingga minus 14,3% dari dolar AS.

“Sebagian besar mata uang emerging market terdepresiasi sejalan dengan indeks penguatan dolar AS yang terdepresiasi sebesar 2,7%,” kata Menkeu Sri Mulyani.

Bantu Jaga Rupiah, Sektor Manufaktur Perlu Asupan Insentif

Lebih lanjut, kinerja apik ekspor RI juga tergambar dari surplus neraca perdagangan sebesar US$3,42 miliar pada September 2023. Hasil itu didapat setelah ekspor membukukan penerimaan yang lebih besar dengan US$20,76 miliar dibandingkan impor US$17,34 miliar.

Meski demikian, Badan Pusat Statistik (BPS) mendapati jika kinerja perdagangan ke luar negeri mengalami perlambatan seiiring pelemahan ekonomi global. Tercatat, ekspor RI bulan lalu turun 5,63% dibanding ekspor Agustus 2023. Adapun, dibanding September 2022 nilai ekspor turun sebesar 16,17%.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//