Fakta Sejarah, Jejak Ayah Prabowo dalam Pendirian Bank Indonesia

Oleh Andry Winanto - fakta.com
29 Januari 2024 08:28 WIB
Ilustrasi sejarah Bank Indonesia. (Dokumen Bank Indonesia)

FAKTA.COM, Jakarta - Pasca Konferensi Meja Bundar (23 Agustus-2 November 1949), desakan massa dan elite Indonesia untuk menasionalisasi De Javasche Bank (DJB) yang telah berdiri sejak 1828, kian kuat. Tujuannya adalah untuk mendirikan bank sentral.

Fakta sejarah ini tertuang dalam pendirian Bank Indonesia. Tokoh yang pertama kali menyampaikan gagasan nasionalisasi DJB adalah Jusuf Wibisono, Menteri Keuangan Kabinet Sukiman. 

“Pernyataan yang dibuat tanpa konsultasi terlebih dahulu dengan pihak DJB ini menyebabkan Presiden DJB, Dr A. Houwink memutuskan untuk mengundurkan diri,” demikian informasi yang dilansir Bank Indonesia (BI) dalam laman resminya, dikutip Sabtu (27/1/2024).

Sebagai tindak lanjut, pemerintah kemudian membentuk panitia nasionalisasi DJB berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 118 tanggal 2 Juli 1951, yang berlaku surut sejak 19 Juni 1951. 

Fakta Sejarah, Koin Indonesia Ikut Warnai Final Piala Dunia

Panitia ini diketuai oleh Mohamad Sediono yang dibantu oleh empat orang anggota, yaitu Soetikno Slamet, Soemitro Djojohadikoesoemo (ayah Prabowo Subianto), T.R.B Sabarudin, serta Khouw Bian Tie.

Dalam prosesnya, panitia memutuskan nasionalisasi dilakukan dengan cara membeli saham-saham DJB kepada para pemiliknya. Keberhasilan membeli saham-saham DJB tidak lepas dari diplomasi dua delegasi Indonesia yaitu M Saubari dan Khouw Bian kepada Vereeniging voor de Effectenhandel (perkumpulan pedagang efek), Amsterdam (Belanda).

Proses nasionalisasi DJB yang panjang (1951-1953) semakin mengerucut ketika Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Bank Indonesia (UUPBI) disahkan dan diundangkan melalui Lembaran Negara No. 40 Tahun 1953. Undang-undang itu mulai berlaku sejak 1 Juli 1953. 

Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi 2023 Vs 2024 Versi Bank Indonesia

Melalui beleid tersebut, nama Bank Indonesia secara resmi ditetapkan bukan saja sebagai bank sirkulasi, tetapi juga Bank Sentral RI. Puncaknya, setelah DJB dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia, Sjafruddin Prawiranegara diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia yang pertama.

Sambutan masyarakat Indonesia sangat antusias terhadap lahirnya Bank Indonesia. Dalam beberapa surat kabar nasional disebutkan bahwa lahirnya Bank Indonesia sebagai pembuka zaman baru di bidang keuangan. 

Sebagaimana pikiran dari para tokoh di seputar nasionalisasi DJB (di antaranya Jusuf Wibisono, Sjafruddin Prawiranegara, Soemitro Djojohadikusumo, dan Loekman Hakim), jika diperas memiliki kesamaan makna: kehadiran Bank Indonesia adalah bagian dari kedaulatan bangsa. 

Kenyataan ini sekaligus menunjukan bahwa Bank Indonesia bukan warisan kolonial, atau dengan kata lain “Bank Indonesia is geen een cadeautje" alias bukan kado kecil dari Belanda, melainkan lahir dari perjuangan bangsa dan negara Indonesia yang berdaulat.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//