Harga Minyak Masih Mahal, Penurunan Harga Pertalite Bisa Gagal

Oleh Issa Almawadi - fakta.com
11 Desember 2023 08:26 WIB
Ilustrasi harga minyak. (Dokumen Kementerian ESDM)

FAKTA.COM, Jakarta - Masyarakat tak bisa terlalu banyak berharap pada rencana penurunan harga BBM jenis Pertalite. Karena faktanya, harga minyak dunia belum bisa mendukung rencana itu.

Seperti tertuang dalam keterangan Kementerian ESDM, Sabtu (9/12/2023). Menurut Kementerian ESDM, harga rata-rata minyak mentah utama turun serempak pada November 2023 dari posisi Oktober 2023.

Rinciannya;

  • Dated Brent turun sebesar US$7,87/bbl dari US$91,05/bbl menjadi US$83,18/bbl.

  • WTI (Nymex) turun sebesar US$8,09/bbl dari US$85,47/bbl menjadi US$77,38/bbl.

  • Brent (ICE) turun sebesar US$6,67/bbl dari US$88,70/bbl menjadi US$82,03/bbl.

  • Basket OPEC turun sebesar US$6,86/bbl dari US$91,78/bbl mejadi US$84,92/bbl.

Harga Pertalite Bisa Balik Rp7.000, Menteri ESDM Ungkap Syaratnya

Dari data itu, sangat jelas bahwa penurunan harga BBM Pertalite masih belum memungkinkan. Terlebih, Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan, harga Pertalite bisa kembali ke Rp7.000 per liter jika harga minyak sudah di level US$60 per barel.

Dengan kondisi harga minyak yang masih mahal, penurunan harga Pertalite bisa jadi gagal.

Di sisi lain, harga rata-rata minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) per November 2023 juga menurun. Nilainya menjadi US$79,63 per barel dari posisi Oktober 2023 US$86,72 per barel.

"Penurunan harga ICP tersebut dilatarbelakangi oleh anjloknya harga minyak mentah utama di pasar internasional," kata Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kemenetrian ESDM, Agus Cahyono Adi.

Ada Potensi Harga Minyak Naik, Subsidi BBM Kita Aman?

Agus menjelaskan, penurunan harga minyak mentah di pasar internasional salah satunya dipengaruhi oleh proyeksi OPEC atas adanya peningkatan produksi minyak mentah untuk tahun 2023 sebesar 0,3 Juta barel per hari dibandingkan laporan bulan sebelumnya. "Peningkatan produksi tersebut berasal dari Norwegia dan the Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) Amerika," kata Agus.

Selain itu, International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa produksi minyak mentah global pada Oktober 2023 meningkat sebesar 320.000 barel per hari menjadi 102 juta barel per hari, naik dari bulan sebelumnya, yang berasal dari Amerika Serikat dan Brazil.

"OPEC memperkirakan permintaan minyak mentah global mengalami penurunan sebesar 0,06 juta barel per hari untuk periode kuartal ketiga 2023, dibandingkan dengan perkiraan pada laporan bulan sebelumnya," kata Agus menambahkan.

Riset IMF: Setiap Harga Minyak Naik 10%, Ekonomi Tergerus 0,15%

Sebelumnya, fluktuasi harga minyak dunia sempat mengalami tekanan terberat pada medio September 2023. Kala itu, bandrol rerata menembus US$95 per barel.

Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani sempat mengeluhkan hal tersebut lantaran pemerintah tengah menyusun APBN 2024 dengan patokan harga US$82 per barel.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//