Inflasi 2024 Bakal Terkendali, Tetap Waspada Volatile Food

Oleh Andry Winanto - fakta.com
31 Desember 2023 10:24 WIB
`Ilustrasi. (Dokumen Fakta.com)

FAKTA.COM, Jakarta - Laju inflasi umum (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada November 2023 tercatat sebesar 2,86% year on year (yoy). Angka tersebut meningkat jika dibandingkan dengan Oktober 2023 yang sebesar 2,56%.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam risalahnya menyebut jika kenaikan inflasi lebih disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi dan lonjakan harga pangan, utamanya beras.

Meski demikian, Bank Indonesia (BI) berkeyakinan jika perkembangan inflasi di Indonesia tetap terkendali dengan baik. 

“Inflasi tetap terjaga dalam kisaran sasaran 3% plus minus 1% sebagaimana target 2023,” kata Gubernur BI, Perry Warjiyo beberapa waktu lalu.

Perry merinci, pergerakan inflasi dipengaruhi oleh inflasi inti yang tetap rendah sebesar 1,87% sejalan dengan konsistensi kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar rupiah oleh Bank Indonesia. 

Roller Coaster Inflasi 2023: Masih Terkendali di Bawah Asumsi

Kemudian, inflasi berdasarkan harga yang diatur pemerintah atau administered prince juga rendah sebesar 2,07%. Sementara untuk inflasi kelompok harga bergejolak alias volatile naik menjadi 7,59%.

“Kenaikan inflasi volatile food dipengaruhi oleh faktor musiman yang mempengaruhi produksi beberapa komoditas hortikultura,” katanya.

Perry memastikan, Bank Indonesia akan terus mencermati sejumlah risiko yang dapat mengganggu terkendalinya inflasi, terutama yang bersumber dari harga pangan. 

“Untuk itu, Bank Indonesia tetap memperkuat bauran kebijakan moneter dan mempererat sinergi dengan pemerintah, baik pusat dan daerah, dalam lingkup Tim Pengendali Inflasi Pusat/Darah (TPIP/TPID),” imbuhnya.

“Hal tersebut diimplementasikan melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah untuk memastikan inflasi terkendali dalam kisaran 2,5% plus minus 1% pada 2024,” sambung Perry.

Ekonomi RI Ibarat Naik Gunung, Inflasi Seperti Hujan

Terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengungkapkan jika laju inflasi tahun depan relatif lebih terkendali di kisaran 2,5% sampai dengan 3%. Meski demikian, dirinya mengkhawatirkan terjadi lonjakan komponen inflasi, utama yang bersumber dari komoditas pangan. 

"Inflasi volatile food diperkirakan bisa 5% atau dua kali lipat dari inflasi umum sehingga akan mempengaruhi kelompok masyarakat terbawah dan juga buruh," ucap dia. 

Faisal menuturkan, apabila kondisi itu benar terjadi maka memicu ekses negatif dari upah pekerja riil yang kebanyakan berasal dari kalangan bawah. 

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//