Roller Coaster Inflasi 2023: Masih Terkendali di Bawah Asumsi

Oleh Andry Winanto - fakta.com
28 Desember 2023 15:33 WIB
Ilustrasi inflasi. (Dokumen Bank Indonesia)

FAKTA.COM, Jakarta - Perkembangan inflasi pada sepanjang 2023 tergolong cukup fluktuatif lantaran bergerak naik dan turun seperti roller coaster. Namun faktanya, target inflasi saat ini telah masuk dalam kisaran ekspektasi yang ditetapkan pemerintah.

Fakta.com mencatat, pada awal tahun laju inflasi masih terpengaruh kuat oleh dua hal. Pertama adalah efek kenaikan bahan bakar bersubsidi (BBM) yang terjadi pada September 2022. Kedua, lonjakan harga bahan pangan yang dipengaruhi oleh sentimen geopolitik.

Hingga November 2023, inflasi berada di level 2,86%. Angka ini masih lebih rendah dari asumsi dasar makro ekonomi 2023 yang berada di level 3,6%.

Meski Tekanan Harga Beras Melemah, Inflasi Tahunan Naik ke 2,86 Persen

Melihat  angka terakhir itu, Bank Indonesia menilai inflasi yang terjaga merupakan hasil dari konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah (Pusat dan Daerah) dalam Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) melalui penguatan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di berbagai daerah.

Dengan perkembangan tersebut, Bank Indonesia meyakini inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada 2023 dan 2,5%±1% pada 2024.

Lalu, seperti apa pergerakan inflasi, khususnya inflasi umum (Indeks Harga Konsumen/IHK) pada sepanjang 2023?

Januari 2023

Pada awal tahun, inflasi umum dibuka dengan kekhawatiran yang besar. Pasalnya, level yang ada saat itu sebesar 5,28% year on year (yoy), meningkat dari akhir Desember 2022 yang sebesar 5,15%.

Badan Pusat Statistik (BPS) dalam risalahnya mengungkap ada tiga alasan utama pemicu lonjakan inflasi. Pertama, kenaikan cukai produk hasil tembakau (rokok) rata-rata 10%. Kedua, kenaikan harga BBM nonsubsidi pada 3 Januari 2023.

Serta yang ketiga adalah revisi ke atas suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 basis points (bps) menjadi 5,75%.

Secara terperinci, inflasi inti berada di level 3,27%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 5,71%, dan inflasi harga bergejolak (volatile) sebesar 12,28%.

Februari 2023

Pada bulan ini inflasi kembali melesat ke angka 5,47%. Disebutkan bahwa penyumbang utama inflasi tahunan di antaranya adalah komoditas bensin, beras, bahan bakar rumahtangga, rokok kretek filter, dan tarif angkutan udara.

Ekonomi RI Ibarat Naik Gunung, Inflasi Seperti Hujan

Untuk inflasi inti berada di level 3,09%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 12,24%, dan inflasi harga bergejolak (volatile) sebesar 7,62%.

Maret 2023

Periode Maret merupakan awal dari Ramadhan 2023. Uniknya, laju inflasi justru melambat jadi 4,97%. Meski demikian, BPS sempat memberikan catatan untuk tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga menjelang hari raya Idul Fitri, seperti tarif angkutan udara, daging sapi, daging ayam ras, bawang merah, telur ayam ras.

Adapun, inflasi inti disebutkan sebesar 2,94%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 11,56%, dan inflasi harga bergejolak (volatile) sebesar 3,74%.

April 2023

Anomali kembali terjadi pada April 2023. Biasanya, inflasi mengalami kenaikan saat Idul Fitri. Namun, pada bulan ini inflasi malah melandai jadi 4,33% year on year.

Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik mengidentifikasi kejadian tidak biasa ini disebabkan oleh pasokan komoditas hortikultura yang relatif terjaga, ditopang aktivitas panen sepanjang Maret-April. 

Tekanan Inflasi Beras Berkurang, Daya Beli Petani Tetap Tumbuh

Lalu, deflasi cabai merah dan cabai rawit meredam tingkat inflasi umum. Kemudian yang terakhir adalah andil inflasi beberapa komoditas pangan yang relatif lebih rendah dibandingkan momen lebaran pada tahun-tahun sebelumnya.

Sementara untuk inflasi inti berada di angka 2,83%. Selanjutnya inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) sebesar 10,32% dan inflasi harga bergejolak (volatile) 3,74%.

Mei 2023

Pascalebaran, inflasi melanjutkan tren penurunan menjadi 4,00%. Tercatat, komoditas penyumbang utama inflasi diantaranya adalah bensin, beras, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan bahan bakar rumah tangga.

Adapun, inflasi inti disebutkan sebesar 2,66%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 9,52%, dan inflasi harga bergejolak (volatile) sebesar 3,28%.

Juni 2023

Inflasi Juni 2023 kembali turun dengan menempati level 3,52%. Asal tahu saja, untuk pertama kalinya inflasi masuk dalam sasaran pemerintah yang sebesar 3% plus minus 1%.

Optimistis Kinerjanya Positif, Perbankan Mitigasi Risiko Inflasi Pangan

BPS dalam keterangan persnya menyatakan tekanan inflasi harga yang diatur pemerintah setahun terakhir masih tinggi namun menunjukkan tren penurunan sejak Januari 2023. Kemudian, inflasi harga bergejolak juga terus melandai.

Secara mendetail, inflasi inti adalah sebesar 2,58%. Lalu, inflasi administered price 9,21%, dan inflasi volatile sebesar 1,20%.

Juli 2023

Inflasi pada Juli 2023 mendekati level psikologis 2%, tepatnya di 3,08%. Beberapa peristiwa penting yang mempengaruhi pergerakan pada bulan ini antara lain Bank Indonesia mempertahankan BI rate 5,75% dan deflasi pada inflasi volatile.

Adapun, inflasi inti disebutkan sebesar 2,43%, inflasi harga yang diatur pemerintah 8,42%, dan inflasi harga bergejolak terkontraksi minus 0,03%.

Agustus 2023

Setelah hampir menyentuh 2%-an, inflasi pada Agustus 2023 malah naik jadi 3,27%. Badan Pusat Statistik menyatakan jika kondisi ini dipicu oleh kenaikan harga beras akibat masa tanam yang bergeser karena faktor cuaca. Selain itu, terjadi kenaikan harga pada bawang putih, daging ayam ras, dan telur.

Meski Inflasi Terkendali, BI Cermati Risiko Pengganggu

Untuk inflasi inti tercatat sebesar 2,18%. Lalu inflasi harga yang diatur pemerintah 8,05%, dan inflasi harga bergejolak terkontraksi minus 2,42%.

September 2023

Inflasi pada bulan ini langsung anjlok menjadi 2,28%. Usut punya usut, terjadi penurunan tingkat inflasi bensin pada September 2023 hingga tidak lagi memberikan sumbangan terhadap inflasi, akibat berakhirnya base effect penyesuaian harga BBM September 2022.

Meski demikian, komoditas beras masih menjadi komoditas penyumbang inflasi, disusul rokok kretek filter, biaya kontrak rumah, emas perhiasan, dan bawang putih.

Secara terperinci, inflasi inti sebesar 2,00%, inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) 1,99%, dan inflasi harga bergejolak (volatile) sebesar 3,62%.

Oktober 2023

Pada Oktober 2023 laju inflasi tercatat mengalami kenaikan menjadi 2,56% yang disebabkan oleh tiga hal. Pertama, keputusan Bank Indonesia menaikan suku bunga acuan menjadi 6%. 

Kedua, terjadi penyesuaian harga bahan bakar minyak nonsubsidi. Ketiga dan paling utama adalah peningkatan harga bahan pangan, khususnya beras yang terpengaruh faktor El Nino.

Tertekan Volatiliitas Harga Komoditas, Penurunan Inflasi Bakal Lebih Lambat

Situasi itu membuat inflasi inti menjadi 1,91%, inflasi harga yang diatur pemerintah 2,12% dan inflasi harga bergejolak meroket jadi 5,54%

November 2023

Jelang tutup tahun inflasi kembali naik jadi 2,86% di November 2023. BPS mengungkapkan faktor utama datang dari penyesuaian (lagi) harga BBM nonsubsidi seiring dengan peningkatan harga minyak global. Selain itu, faktor cuaca juga masih menjadi kendala dari inflasi pangan.

Dokumen BPS Dokumen BPS

Secara mendetail, inflasi inti disebutkan sebesar 1,87%. Lalu, inflasi administered price 2,07%, dan inflasi volatile sebesar 7,59%.

Untuk Desember 2023, perhitungan inflasi belum rampung dan akan diumumkan pada awal Januari 2024 mendatang. 

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//