Kondisi Terabaikannya Kelas Menengah RI dalam Studi Kasus Chili

Oleh Andry Winanto - fakta.com
14 Januari 2024 14:03 WIB
Chatib Basri. (Dokumen Instagram @chatibbasri)

FAKTA.COM, Jakarta - Sejumlah bantuan sosial yang diberikan pemerintah kepada kelompok miskin dan rentan, dinilai mampu membuat performa ekonomi relatif terjaga. Selain itu, kehadiran negara juga berperan besar dalam melindungi daya beli dari tekanan yang lebih besar. 

Alhasil, ekonomi RI kini sudah bisa meraih angka pertumbuhan rata-rata 5% dalam tempo yang tergolong singkat sejak pandemi. Kondisi ini diungkapkan mantan menteri keuangan (menkeu), Chatib Basri melalui akun Instagram @chatibbasri, dikutip Minggu (14/1/2024).

Dalam unggahannya, Chatib menyinggung perekonomian Chili. Menurut dia, Chili adalah sebuah negara di Amerika Latin dengan pendapatan per kapita tinggi dengan indeks pembangunan manusia di level atas.

Bahkan, negara itu disebut mampu menurunkan tingkat kemiskinan dari 53% menjadi 6%. “Kinerja ekonomi Chili amat mengesankan,” ujarnya.

Chatib menyebut Indonesia sejatinya juga menyimpan bom waktu. Hal itu dia sadari ketika berbagi forum diskusi dengan mantan Presiden Chili, Michelle Bachelet tahun lalu.

Ironisnya, Chili justru mengalami gelombang demonstrasi yang nyaris berujung revolusi pada Oktober 2019. Akademisi dari University of California Los Angeles, Sebastian Edwards menyebutnya sebagai The Chilean Paradox. 

Menengok Pertumbuhan Ekonomi di Tiap Tahun Pemilu

Dijelaskan bahwa sumber utama permasalahan terletak pada terabaikannya kelompok masyarakat kelas menengah.

Pemerintah Chili, sebagaimana banyak negara berkembang, berfokus pada pemberian bantuan di 20% masyarakat terbawah. Pada saat yang sama, pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat besar bagi 10% masyarakat teratas.

“Sementara kelompok kelas menengah nyaris terabaikan. Mereka tidak eligible terhadap bantuan sosial karena mereka tidak miskin. Kemudian terjadilah gap antara ekspektasi dengan realitas, dimana kemajuan ekonomi dianggap tidak sesuai dengan ekspektasi kelas menengah,” kata Chatib menambahkan.

Setengah Populasi Bumi Pemilu Tahun Ini, Bagaimana Dampak ke Ekonomi?

Chatib mengatakan fenomena yang sama telah ditulisnya 12 tahun lalu. Dia mendapati akan muncul kelas konsumen (kelas menengah) baru yang memiliki implikasi politik dan ekonomi seiring dengan pendapatan yang naik.

“Mereka mengeluh  di berbagai media sosial media. Saya menyebutnya sebagai the professionals complainers alias pengeluh profesional. Ini sangat relevan dengan kasus Indonesia dimana kelompok 60%-80% masyarakat mengalami pertumbuhan (pendapatan) negatif. Implikasinya adalah perlu dipikirkan instrumen untuk kelas menengah,” ucap dia.

“(Seperti contoh) Perluasan perlindungan sosial, perbaikan kualitas jasa publik, perbaikan tata kelola pemerintahan, dan juga soal rasa keadilan,” kata Chatib menutup unggahannya.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//