Terdampak Pelemahan Rupiah, Manufaktur 'Tercekik' Biaya Produksi

Oleh Andry Winanto - fakta.com
01 November 2023 08:44 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Bank Indonesia)

FAKTA.COM, Jakarta - Tren pelemahan rupiah belum berakhir di tengah situasi global yang masih diliputi ketidakpastian. Terbaru, kurs JISDOR 31 Oktober 2023 mencatat nilai tukar rupiah berada di angka Rp15.897 per dolar AS. Level tersebut jauh di atas asumsi pemerintah yang membidik Rp14.800 per dolar AS dalam APBN 2023.

Anjloknya rupiah ternyata tidak sendiri. Pelemahan juga dialami banyak mata uang negara dunia terhadap dolar AS.

Fenomena strong dollar dipicu oleh kebijakan moneter Amerika Serikat yang berupaya mengimbangi yield surat berharga mereka.

Adapun, salah satu sektor produktif nasional yang terdampak dari pelemahan rupiah saat ini adalah manufaktur. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan indikasi tersebut bisa dilihat dari Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Oktober 2023 melambat 1,81 poin menjadi 50,70 pada September 2023.

Dampak Pelemahan Rupiah Kian Nyata, Industri Terseok-seok

Meski tergolong aman karena tetap di jalur ekspansif (lebih dari indeks 50), namun fenomena perlambatan ekonomi dunia saat ini memang sulit dihindari.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arif mengungkapkan bahwa semakin melemahnya rupiah menyebabkan biaya input untuk produk dengan bahan baku impor semakin tinggi.

“Ini kemudian berdampak pada kenaikan biaya produksi,” ujarnya dalam keterangan resmi Selasa (31/10/2023).

Menurut Febri, jika dilihat data impor bahan baku/penolong pada periode September yang lalu, terdapat penurunan 4,86% month to month (mtm) dibanding Agustus 2023. Sementara untuk impor impor barang modal turun 12,27% mtm. 

“Sebagai catatan, rupiah terus terpuruk terhadap dolar Amerika Serikat selama lima bulan berturut-turut. Di sisi lain, pelemahan rupiah juga dapat menjadi peluang bagi produsen yang menggunakan bahan baku lokal untuk dapat bersaing dengan produsen pengguna bahan baku impor,” tegasnya.

Terdampak Gejolak Domestik dan Global, Daya Beli Manufaktur Melemah

Tekanan sektor manufaktur tidak berhenti dari situ. Faktor eksternal lain yang mengganggu adalah banjirnya produk impor, peredaran barang ilegal, dan kenaikan harga energi.

“Aparat penegak hukum dan kementerian/lembaga terkait belum bisa meredam banjirnya barang-barang impor dan barang ilegal yang menggerogoti pasar produsen domestik,” tuturnya.

Febri menjelaskan, kondisi tersebut telah membuat 16 subsektor yang mengalami penurunan nilai IKI, dengan tiga subsektor terdalam adalah industri mesin dan perlengkapan, industri pengolahan tembakau, serta Industri komputer, barang elektronik dan optik.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//