Harga Batu Bara 'Longsor', PTBA dan Adaro Minerals Optimalkan Ekspor

Oleh Issa Almawadi - fakta.com
28 November 2023 08:21 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Dinas ESDM Kalimantan Utara)

FAKTA.COM, Jakarta - Harga batu bara pada tahun ini terus menurun. Mengutip harga baru bara acuan (HBA) per November 2023, nilainya menjadi US$139,8 per ton.

Catatan itu 'longsor' 50,33% jika dibandingkan periode akhir 2022 US$281,48 per ton. Lantas, bagaimana para perusahaan batu bara melihat proyeksi jelang pemilihan umum (pemilu) 2024?

Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk, Farida Thamrin memproyeksikan harga batu bara masih akan terkoreksi. "Tapi tidak terlalu dalam," katanya dalam Public Expose Live, Senin (27/11/2023).

Untuk tahun ini, dengan penurunan harga hingga 50%, Bukit Asam berupaya untuk terus mendorong ekspor. Pada tahun-tahun sebelumnya, porsi ekspor perseroan berkisar 35%-38%, sementara saat ini sudah mencapai lebih dari 40%.

Meski Harga 'Longsor', Volume Ekspor Batu Bara Masih Kuat

Dia merinci, realisasi ekspor mencapai 11,2 juta ton atau naik 24%. Adapun realisasi domestic market obligation (DMO) mencapai 51%.

"Kami juga berupaya menjaga biaya operasi," kata dia.

Sementara itu, bagi PT Adaro Minerals Indonesia Tbk, penurunan harga batu bara telah tergambar dalam kinerja keuangan dalam sembilan bulan tahun ini. Pada periode ini, laba bersih Adaro Minerals turun 11% menjadi US$250,5 juta.

"Profitabilitas perseroan melemah akibat penurunan harga batu bara metalurgi pada periode ini, sementara biaya tercatat lebih tinggi karena kenaikan volume," kata Presiden Direktur Adaro Minerals, Christian Ariano Rachmat.

Daftar 8 Produsen Batu Bara Terbesar di Indonesia

Meski begitu, Christian menambahkan, permintaan terhadap produk batu bara kokas keras premium tetap tinggi. Sehingga, kata dia, Adaro Minerals tetap yakin akan dukungan struktural terhadap bisnis perusahaan.

Dalam paparannya, harga batu bara kokas keras FOB Australia turun 22%. Namun kondisi itu berhasil ditopang harga batu bara metalurgi dengan rata-rata US$300 per metrik ton.

Adapun Adaro Minerals menilai, berkurangnya pasokan dari Australia, akan mendorong permintaan dari beberapa negara lain. Seperti China, India, dan beberapa negara di Asia Tenggara.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//