Eling Lan Waspodo Perbankan di Era Suku Bunga Tinggi

Oleh Andry Winanto - fakta.com
23 November 2023 13:11 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Pixabay)

FAKTA.COM, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi global ke depan cenderung berada dalam tren yang melemah. Hal itu terlihat dari forecast beberapa lembaga internasional yang sepakat jika pertumbuhan 2023 hanya berada di level 3,0% dan turun menjadi 2,9% pada 2024.

“Tren pertumbuhan yang melemah, dan pada tingkat inflasi serta suku bunga yang relatif tinggi akan menahan laju pemulihan ekonomi,” ujarnya saat berbicara dalam forum Business Challenges di Jakarta, Kamis (23/11/2023).

Menurut Sri Mulyani, kondisi Indonesia dinilai tetap resilien dengan capaian pertumbuhan di rata-rata 5% dalam beberapa kuartal terakhir. 

“Tentu ini bukan capaian yang taken for granted. Kita semuanya harus melihat semua unsur dari perekonomian,” tuturnya.

Nasib Cicilan Kamu Ditentukan Pekan Ini, BI Kerek Bunga Lagi?

Meski RI tergolong memiliki daya tahan yang cukup baik, namun Sri Mulyani menegaskan sikap kewaspadaan dalam menghadapi potensi tekanan di masa mendatang. Pasalnya, salah satu yang berisiko adalah sektor keuangan di tengah era suku bunga tinggi yang lama (higher for longer).

Pendekatan eling lan waspodo di situasi higher for longer sejatinya tercermin dari industri perbankan nasional. Potensi pelemahan ekonomi memberikan ancaman tersendiri bagi pelaku usaha untuk menjaga kualitas intermediasi.

Empat bank terbesar, yakni PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI), dan PT Bank Central Asia Tbk. (BCA), diketahui sudah menyiapkan langkah antisipatif untuk memperkokoh kinerja usaha. 

BRI misalnya, sukses menurunkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) menjadi 3,07% pada kuartal III 2023. Walau indikator krusial telah menuju arah positif namun banknya wong cilik itu tetap menyediakan pencadangan yang memadai dengan loan at risk (LAR) coverage 50,92% dan NPL coverage 228,65%.

“Pencadangan perseroan masih cukup untuk mengantisipasi risiko pemburukan di tahun 2024,” kata Direktur Manajemen Risiko BRI, Agus Sudiarto dalam keterangan tertulis.

Era Suku Bunga Tinggi, Perbankan RI Tetap Kuat

Sementara Bank Mandiri, tercatat memiliki NPL secara bank only sebesar 1,36%. Posisi tersebut jauh lebih baik jika dibandingkan periode September 2022 di level 2,26% atau telah turun sebesar 90 basis poin.

“Sampai dengan September 2023 kami telah menyiapkan pencadangan yang cukup, dengan NPL Coverage ratio bank only mencapai 339,34%, meningkat dari posisi September 2022 yang sebesar 292,28%,” tutur Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi.

Lalu, BNI menorehkan penurunan NPL ke 2,27% secara dari sebelumnya 3,04%. Kemudian, LAR di level 14,4% yang membaik dibandingkan dengan posisi 19,3% pada September 2022.

Untuk BCA disebut membukukan NPL 2,0% di sembilan bulan pertama tahun ini, turun dari 2,2% di tahun sebelumnya. Sementara untuk portofolio kredit yang direstrukturisasi terus mencatat perbaikan dengan LAR 7,6% dibandingkan periode yang sama 2022 sebesar 11,7%.

Meski potensial menghadapi tekanan, para pemain kakap ini masih bisa mencetak kinerja moncer dengan lama puluhan triliun. Redaksi mencatat, BRI sukses meraup laba bersih Rp43,9 triliun, Bank Mandiri Rp39 triliun. Kemudian BNI dengan laba Rp15,7 triliun, serta BCA sebesar Rp36,4 triliun.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//