NIM 'Gemuk' Bukan Barang Baru, Bank Harus Lebih Efisien

Oleh Andry Winanto - fakta.com
31 Oktober 2023 15:18 WIB
Ilustrasi. (Dokumen Freepik)

FAKTA.COM, Jakarta - Industri perbankan nasional masih dihadapkan pada kondisi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang tergolong tinggi. Hal tersebut mencuat lantaran besarnya disparitas antara pendapatan bunga dengan beban bunga.

Guru Besar Ekonomi dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang juga pengamat perbankan, Haryo Kuncoro menyebut, isu NIM gemuk sudah menjadi persoalan bagi perbankan di Tanah Air sedari dulu.

“Isu NIM perbankan sejatinya bukan barang baru di Indonesia. Ini sudah lama eksis, terlepas dalam era suku bunga tinggi atau pada suku bunga rendah,” ujarnya kepada Fakta.com, Selasa (31/10/2023).

Haryo mengungkapkan, tingginya pendapatan bank dari selisih bunga tersebut bisa saja diatasi dengan beberapa cara.

“Seperti persoalan efisiensi. Perbankan masih bisa memperoleh NIM yang sama lewat suku bunga kredit yang lebih rendah. Ini dimungkinkan jika ada peningkatan efisiensi,” tuturnya.

NIM Tinggi, Bank Mandiri Tumbuhkan Laba di Atas 24 Persen

Dia menjelaskan, peningkatan efisiensi lebih terfokus pada penghimpunan dana murah dari pada diversifikasi sumber dana pihak ketiga. Disebutkan bahwa pemilik dana murah (nasabah) lambat laun akan sadar posisinya seperti apa di bank.

“Bentuk penyimpanan lain toh terbuka lebar. Jelasnya, suku bunga bagi saver perlu penyesuaian. Tanpa penyesuaian, perbankan akan ditinggal saver-nya,” tegas dia.

Oleh karena itu, Haryo menilai NIM yang menggemuk bisa mengganggu target pertumbuhan dua digit kredit perbankan nasional. Dia berpandangan dengan pertumbuhan kredit yang normal saja perbankan sudah bisa menikmati NIM yang tebal.

Akademisi UNJ itu menyampaikan pula jika NIM besar berlangsung lama maka struktur perekonomian Indonesia, utamanya sektor jasa keuangan, akan didominasi oleh segelintir pihak tanpa adanya pemerataan.

“NIM yang tinggi mengundang pemain asing masuk dan menjadi pemilik bank nasional atau bank campuran. Tren itu sudah terbaca dalam beberapa tahun terakhir. Risiko dari tren ini adalah kucuran kredit bisa mengalir ke grup sendiri atau bahkan ke pihak sendiri di luar negeri,” katanya.

OJK Optimistis Kredit Tumbuh Dobel Digit, Ekonom Jelaskan Kondisi Berbeda

Mengutip informasi yang disiarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tren NIM pada tahun ini cenderung meningkat. Pada Agustus 2023 rata-rata NIM perbankan nasional bertengger di level 4,87% dan 4,85% pada September 2023.

Angka tersebut naik jika dibandingkan September 2022 yang sebesar 4,77% dan 4,71%.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//