'Jokowi Effect' tak Berdampak, PSI Gagal Lagi ke Senayan

Oleh Gin gin Tigin Ginulur - fakta.com
27 Februari 2024 16:47 WIB
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep

FAKTA.COM, Jakarta - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) diprediksi gagal lagi menembus Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Data real count KPU menunjukkan suara PSI secara nasional masih di bawah ambang batas parlemen 4 persen.

Hingga Selasa (27/2/204) pukul 15.00 WIB, PSI baru meraih 2.084.722 suara atau 2,76 persen. Jumlah tersebut berdasarkan penghitungan di 535.373 dari 823.236 TPS (65,03 persen).

Hasil quick count sejumlah lembaga survei juga menunjukkan fenomena yang sama. Perolehan suara PSI kurang dari 4 persen.

Sebagai informasi, pada Pemilu 2024, ambang batas parlemen yang diterapkan tidak berubah dari Pemilu 2019 yakni 4 persen. Penetapan ambang batas diatur dalam UU No 7/2017 tentang Pemilu: 

"Partai Politik Peserta Pemilu harus memenuhi ambang batas perolehan suara paling sedikit 4 persen dari jumlah suara sah secara nasional untuk diikutkan dalam penentuan perolehan kursi DPR".

Prediksi Peta Kursi Partai di Rumah Wakil Rakyat versi Poltracking

Andai prediksi itu benar, berarti sudah dua kali PSI gagal ke senayan. Sebelumnya, pada Pemilu 2019, perolehan suara partai yang mengklaim identik dengan anak muda itu tak sampai 4 persen.

Menjelang Pemilu 2024, putra bungsu Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep resmi bergabung dengan PSI. Masuknya Kaesang disebut-sebut berpotensi mendongkrak suara PSI di Pemilu 2024.

Pengamat Politik dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Firman Manan mengatakan, meski hasil penghitungan suara Pemilu 2024 belum final, peluang PSI masuk parlemen cukup berat.

"Setahu saya semua lembaga survei itu quick count-nya memperlihatkan PSI tidak lolos, termasuk kalau kita lihat real count walaupun memang belum selesai tapi kan sama juga, trennya paling tinggi di 3 persenan," kata Firman kepada Fakta.com, Selasa (27/2/2024).

Jual Surat Utang untuk Biayai APBN 2024, Pemerintah Raup Rp23,9 Triliun

Menurut Firman, dari pengalaman Pemilu sebelumnya, hasil quick count tidak berbeda jauh dengan real count. "Kalau saya melihat agak berat itu untuk bisa lolos (PSI)," kata Firman.

Firman mengatakan, saat ini PSI memang meraup suara di tingkat provinsi. Namun tidak cukup mengangkatnya maju ke parlemen nasional.

"Kalau bicara Parliamentary threshold itu kan keseluruhan, tidak ditentukan satu dua wilayah, tapi hitungannya secara nasional. Kalau kita lihat tren itu, menurut saya sih agak berat bisa memenuhi 4 persen," tandas Firman.

Lebih lanjut Firman menyebutkan faktor yang membuat PSI diprediksi gagal lagi ke senayan. Menurut dia, pengalaman pemilu sebelumnya menunjukkan partai baru itu mengalami kesulitan menembus ambang batas.

Perlindungan Investor Saham Baru IPO, Bursa Hanya Bisa Suspensi?

"Memang ada faktor suara pemilih itu sudah relatif stabil terhadap partai-partai tertentu. Misalnya kita lihat partai yang kemungkinan lolos threshold sekarang dibandingkan tahun 2019, kan perubahannya enggak signifikan," kata Firman.

Fenomena tersebut, lanjut dia, menjadi satu indikator memang sudah mulai kestabilan pilihan, sehingga partai baru sulit memperoleh suara.

"Kedua soal infrastruktur partai. Pada akhirnya walaupun ada Presiden Jokowi, kampanyenya masif, yang menentukan itu infrastruktur partai di tingkat akar rumput," ujar Firman.

Keberadaan Kaesang Pangarep di PSI, kata Firman, juga terlambat. Andai Kaesang masuk ke PSI lebih awal, lanjut dia, mungkin hasilnya bisa berbeda. 

"Pertarungan pileg memang lebih berat, harus berhadapan dengan partai-parai yang sudah punya infrastruktur kuat di tingkat akar rumput sehingga kemudian Jokowi effect-nya gak terlihat," tutup Firman.

Bagikan:

Data

Komentar (0)

Login to comment on this news

Updates

Popular

Data
Pointer
Interaktif
Program
Jobs
//